Friday, June 24, 2011

Uwais al-Qarni ...... =)

Uwais al-Qarni PDF Print E-mail
Dikarang oleh Faridzul   ( Credit )
Ahad, 26 April 2009 17:52   

Ada seorang pemuda bermata biru, berambut keperangan, bahunya lebar dan berpenampilan cukup tampan, hidup pada zaman Rasulullah SAW. Beliau yang berkulit kemerah-merahan selalu menundukkan dagunya memerhatikan tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, seorang yang mahir membaca al-Quran dan selalu menangis. Pakaiannya hanya dua helai yang sudah kusut. Satu untuk menutup badan dan yang satu lagi sebagai selendang. Tiada orang yang menghiraukan, dan tidak dikenali oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Tetapi seandainya dia berdoa, pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil dan disuruh masuk ke syurga, dia dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin kepada untuk memberi syafa’at sejumlah kabilah Rabi’ah dan kabilah Mudhar.Semua akan dimasukkan ke syurga tanpa seorangpun yang ketinggalan kerananya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal kebanyakan orang, ia juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan menuduhnya sebagai pengemis, pencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.
Seorang fuqaha’ negeri Kuffah, kerana ingin duduk bersamanya, cuba memberinya hadiah dua helai pakaian, tetapi tidak berbaloi kerana hadiah pakaian tadi diterimanya tetapi dikembalikan olehnya seraya berkata: “Aku khuatir, nanti ada orang menuduhku, dari mana aku dapatkan pakaian itu, kalau bukan dari mengemis pasti dari hasil curian”.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tidak mempunyai keluarga, kecuali hanya ibunya yang telah terlalu tua dan lumpuh. Penglihatannya pula sudah kabur. Untuk mencukupi kehidupan sehariannya, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menampung kehidupan sehari bersama si ibu. Bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu jiran tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.Kesibukannya sebagai penggembala kambing dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur dan mulia. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Ramai di antara jiran tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengar ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya mereka ke Yaman, mereka memperbaharui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap kali melihat jiran tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum berkesempatan.Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengannya. Tetapi apakan daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah ibunya yang jika ia pergi, tiada orang yang akan menjaganya.
Di khabarkan, ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Khabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada Rasulullah SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu dengan Rasulullah tidak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah baginda dari dekat ? Tetapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat memerlukan penjagaannya dan tidak boleh ditinggal bersendirian. Hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Si-ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memahami perasaan Uwais, lalu berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tidak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada jiran tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpeluk cium dengan ibunya, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang jaraknya lebih kurang empat ratus kilometer dari Yaman. Laluan perjalanan yang begitu mencabar ditempuhinya, tidak peduli kepada perompak dan penyamun, bukit yang curam, padang pasir yang begitu panas, seluas dan sejauh mata memandang dan dapat menyesatkan, dan apabila malam ia menjadi begitu sejuk. Semua itu tiada menjadi hal baginya asalkan dapat bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras rupa baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.
Akhirnya tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Beliau segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah, sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina Aisyah RA sambil menjawab salam Uwais. Uwais bersegera menanyakan Nabi yang ingin ditemuinya. Namun ternyata baginda SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk bertemu Rasulullah tetapi yang dirindukannya tidak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kepulangan Nabi SAW dari medan perang. Tetapi, bilakah baginda akan pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Kerana ketaatan kepada ibunya, pesanan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan bertemu dengan Nabi SAW. Ia akhirnyam, dengan terpaksa memohon keizinan kepada Sayyidatina Aisyah RA untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya mengirimkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan terharu.
Sekembalinya dari medan perang, Nabi SAW terus menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahawa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar kata-kata Rasulullah SAW tersebut, Sayyidatina Aisyah RA. dan para sahabatnya tercengang. Menurut maklumat Sayyidatina Aisyah RA, memang benar ada orang yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakit sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengannya (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah tapak tangannya.” Sesudah itu baginda memandang kepada Sayyidina Ali dan Sayyidina Umar RA. dan bersabda : “Suatu hari nanti, apabila kamu bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Hari demi hari, minggu berganti bulan dan tahun terus berlalu. Tidak lama kemudian Nabi SAW wafat, sehingga ke zaman khalifah Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq RA. dan zaman Khalifah Umar RA. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan sayyidina Ali untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap kali jika ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya yang terjadi sehingga seorang khalifah begitu sebok mencari-cari orang yang bernama Uwais ini. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qarni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, lantas khalifah Umar Sayyidina Ali mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahawa memang ada seorang yang bernama Uwais bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawapan itu, mereka berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qarni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Sayyidina Ali memberi salam. Namun rupa-rupanya Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabat, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditapak tangannya sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar ! Dia penghuni langit. Lalu mereka bertanya kepadanya, "Siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban itu, kedua sahabat itu pun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qarni”. Dalam perbualan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang ketika itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali . memohon agar Uwais berkenan mendoakan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, “Sayalah yang harus meminta doa dari kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdoa dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbang wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan lembut sambil berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar lagi beritanya. Tetapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong oleh Uwais. "Waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin taufan bertiup dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghentam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di sudut kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu." Ujar lelaki tersebut
“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahawa kapal ini dibadai angin dan dihentam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrahmaanirrahiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di situ. Pada ketika itu jumlah kami lima ratus orang lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan kapal dan segala muatannya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak mengapa harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qarni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan solat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qarni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membahagi bahagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tiada seorangpun yang
tertinggal.
Beberapa waktu kemudian, tersebarlah berita bahawa Uwais al-Qarni telah kembali ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah ramai orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke perkuburan, luar biasa ramainya orang yang berebut rebut untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“Ketika aku ikut serta mengurus jenazahnya sehingga aku pulang dari mengantar jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat perkuburannya tetapi ternyata tanda pada kuburannya sudah hilang sehingga tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat menghairankan. Begitu ramai orang yang tidak dikenali datang untuk mengurus jenazah dan pengkebumiannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala kambing dan unta ? Tapi, ketika hari kematianmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah yang sedemikian ramainya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pengkebumiannya. Baru ketika itulah penduduk Yaman mengetahui siapa “Uwais al-Qarni” Memang ia tak dikenali di bumi tetapi seluruh isi langit mengenalinya...

Thursday, June 9, 2011

Taksub dalam agama undang bahaya...

Bismillahirahmanirahim..

Assalamualaikum..



Isu yang Dr.Soulz ingin bicarakan hari ini adalah tentang 'taksub' dalam agama..
Apa yang menjadi persoalan di sini ialah,ikhlaskah kita berjihad? Ikhlaskah kita menyampaikan suruhan Allah?
Atau kita munafik??

Soal diri anda sendiri..
Taksub ini mampu mendorong kita ke arah 'fitnah',dan 'ajaran sesat'..
Kita boleh berjihad tapi biar kena pada tempatnya..
Kita haruslah memastikan bahawa artikel2 yang ingin kita perbentangkan adalah fakta dan bukan andaian..




Dalam pada masa yang sama,sebagai kenalan kepada seseorang yang taksub kita haruslah menegur dengan cara yang baik..
Atau sekiranya masa tidak berkesan laporkan pada pihak yang berwajib..
Bukanya dengan cara menghina,mengutuk dan sebagainya...
sebagai seorang yang ingin menegur juga,kita tidak harus mencurigai keikhlasan dalam apa yang di sampaikan oleh kenalan kita yang ingin berdakwah..

Ada kejadian di mana,seorang rakannya kelihatan taksub,dan rakan seorang lagi mengutuk,menghina malah memalukan rakan yang sedang berdakwah..
Sedangkan dia yang menghina itu,tidak bertutup aurat,tidak menjaga batas2 pergaulan malah sangat suka bergosip..

Pada suatu ketika,saat sampai ajalnya,dia kematiannya sangat memalukan..
Dengan keikhlasan rakannya memaafkannya di saat talkin di baca,jasadnya mudah di kebumikan..
Lihatlah kebesaran Allah S.W.T

Sesungguhnya kita haruslah membuktikan kesahihan bahawa seseorang itu taksub itu benar,
dan kepada yang berdakwah,biarlah berpada2...






                                                                       Regards
                                           |Dr.Soulz|

Tuesday, June 7, 2011

HUKUM MEMAKAI BRACES ( Credit To I Luv Islam)

braces.jpg braces image by xphoiox
Hukum Memakai Braces(Pendakap Gigi)
www.iLuvislam.com
 


Islam melarang manusia mengubah ciptaan Allah pada dirinya yang telah sempurna tanpa ada suatu keperluan atau darurat. Perbuatan ini akan mengundang laknat dari Rasulullah s.a.w. sebagaimana disebut oleh hadis;
لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم الواشمة والموشمة، والواشرة والمستوشرة
 
“Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang membuat tatu dan meminta dibuat tatu, perempuan yang menipiskan gigi dan yang meminta dinipiskan giginya”. (Riwayat Ibnu Jarir dari Ibnu ‘Abbas r.a.)

Namun jika ada keperluan seperti untuk membaiki kecacatan pada diri sama ada semulajadi atau kerana sebab-sebab mendatang seperti kemalangan, terbakar dan sebagainya, diharuskan kita melakukan pembedahan atau sebarang tindakan lain pada badan untuk membaiki kecacatan tersebut. Di dalam bukunya al-Halal Wa al-Haram Fil-Islam, Syeikh Dr. Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan; “Jika pada diri seorang insan itu terdapat kecacatan yang boleh menyakitinya sama ada dirasai secara fizikal atau secara mental (iaitu menimbulkan rasa rendah diri) setiap kali berada di dalam majlis atau singgah di satu tempat, diharuskan ia membaiki kecacatan tersebut selama niatnya ialah untuk menghilangkan kepayahan yang dihadapinya. Allah tidak menjadikan di dalam agama ini sebarang kepayahan ke atas kita”. Keharusan ini disokong oleh hadis yang mengaitkan laknat Allah ke atas perbuatan mengubah gigi tadi dengan tujuan semata-mata untuk menambah kecantikan dan mengubah ciptaan Allah (bukan kerana keperluan atau darurat), iaitu sabda Nabi s.a.w.;

لَعَنَ اللهُ الْوَاشِمَاتِ، وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ، وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ، وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ، الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللهِ
 
“Allah melaknat perempuan-perempuan yang membuat tatu dan yang meminta dibuat tatu pada badannya, perempuan-perempuan yang minta dicukur alis (bulu keningnya) dan perempuan-perempuan yang menjarangkan giginya untuk kelihatan cantik iaitu perempuan-perempuan yang merubah ciptaan Allah”. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud r.a.)

Imam Nawawi semasa mensyarahkan hadis di atas, beliau menegaskan; sabda Nabi s.a.w. “




Jelaslah bahawa memakai braces (pendakap gigi) tidak termasuk di dalam perbuatan mengubah gigi yang dilaknat Allah dan RasulNya di dalam hadis di atas kerana tujuannya bukan untuk mengubah ciptaan Allah dengan sengaja tetapi untuk membaiki kecacatan pada gigi. Gigi yang jongang sekalipun tidak mendatang kesakitan pada fizikal, tetapi mendatangkan kesakitan pada mental kerana dipandang hodoh oleh orang lain, menyebabkan kita tidak selesa apabila berhadapan dengan orang lain.
Wallahu a’lam.


perempuan-perempuan yang menjarangkan giginya untuk kelihatan cantik” menunjukkan bahawa yang diharamkan ialah bagi orang-orang yang melakukan perkara tersebut (yakni mengubah gigi) untuk tujuan kecantikan semata-mata. Adapun kerana keperluan iaitu untuk mengubati atau untuk membaiki kecacatan pada gigi dan seumpamanya, maka diharuskan”. (Syarah Soheh Muslim, juz. 14, Kitab al-Libas Wa az-Zinah).

                                                                                                   Regards
                                                                                            |Dr.Soulz|

Saturday, June 4, 2011

Showcase Amal Shuhada At-Taqwa.. =)




Assalamualaikum.. Bismillahirahmanirahim...

Jemputlah hadir ke showcase amal bagi meringankan beban anak2 yatim Hulu Langat...
Berhibur sambil beramal..

Hulurkan tangan,ringankan beban...


Regards
-Dr.Soulz-

Wednesday, June 1, 2011

Murahnya dara seorang remaja wanita zaman kini... (hot post).. (AdindaEvans)



Astagfiruulahalzim...

MURAH sungguh harga diri remaja wanita zaman kini..
Dara cuma ada satu,itu pun sudah di gadainya..

Banga sungguh pengakuan ikhlas dari adik Nadia kita ni.
Dik,menceritakan aib orang dosa dik,banga dengan kekurangan dan aib sendiri LEBIH berdosa dik..
Sedarlah dan taubatlah dik..

Kisah adik dah banyak orang cerita2..
Apa yang Dr.Soulz buat untuk bagi pengajaran kat orang di luar sana..

Adik insaf ye...
Dalam post2 adik yang lain,ada doa yang  Dr.Soulz terbaca...Dalam post 'lumrah hidup'..

Dik,sedih Nabi S.A.W tengok umatnya begini..
Insaf dik!
Susah doa tu nak di ampunkan..
Jangan hina agama dik..
Awak tu Islam!

Keinsafan adik sentiasa di terima oleh Allah, insyaAllah.. Sedar dan insaflah..
Demi agamamu,demi ibu bapamu..



Tinggal apa untuk bakal suaminya kelak?

Siapa ibu bapanya?

Bagaimana perasaan mereka?

Bagaimana perasaan remaja bernama Nadia ini sendiri?

Banga?

Dia sendiri rasa...


Kita doa je supaya dia sempat bertaubat...


Ameen.....


Ni Linknya...
Blog Adik Nadia Elliza


Regards
|Dr.Soulz|

....KEBERSIHAN DALAM ISLAM....

Assalamualaikum...bismillahhirrahmannirrahim

Bila bercakap soal kebersihan seharusnya ia adalah sesuatu yang amat sinonim dengan Islam. Kerana Islam amat mementingkan soal kebersihan samada luaran mahupun dalaman. Sesungguhnya Allah swt sangat suka kepada orang yang menyucikan diri dan sentiasa dalam keadaan bersih.Buktinya, sebelum kita mengadap dan mendekatkan diri kepada Allah samada untuk bersolat atau membaca Al-Quran, kita diwajibkan untuk berwuduk dan menyucikan diri. Betapa Islam amat menitikberatkan soal kebersihan dan bab-bab bersuci ini. "KEBERSIHAN SEBAHAGIAN DARIPADA IMAN", mesti tak asing lagi dari pendengaran kita frasa tu kan?

Apa yang saya nak highlightkan pada entry kali ini lebih kepada soal kebersihan zahir ataupun luaran.Dah lama hasrat di hati untuk menulis mengenai kebersihan luaran mahupun persekitaran kita dan baru-baru ini saya terbaca di Utusan Online mengenai "Tasik tadahan air jadi tong sampah" di muka hadapan(sila rujuk di no.1)...lebih menguatkan keinginan saya untuk menulis mengenai perkara ini bagi meluahkan apa yang terbuku di kotak fikiran ini sejak sekian lama.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Kadang terfikir susah sangat ke nak mendidik diri kita untuk menjaga kebersihan diri dan persekitaran kita? Kepada siapa sebenarnya kita nak salahkan untuk kes-kes seperti di atas itu? Saya yakin itu baru satu dua kes yang dikeluarkan di akhbar dan berita tempatan.Cukup kalau kita lihat di persekitaran kita khususnya tempat-tempat awam.Stesen bas,tandas awam,pasar-pasar dan tak perlu la saya senaraikan semua tempat. Malah tak keterlaluan kalau saya katakan orang kita memang "kurang" atau memang "tak" bertanggungjawab terutama kalau berkaitan soal kebersihan awam!
Satu perkara yang sangat saya kagum dengan masyarakat jepun di sini adalah soal kebersihan yang sangat teratur dan sistematik.(Boleh rujuk di no 2)
Bukan niat untuk membangga-banggakan jepun tapi perkara yang baik itu seharusnya kita jadikan contoh teladan.Amat besar saya kira jurang perbezaannya samada dari segi kebersihan, tanggungjawab, disiplin mahupun akhlak.Sedangkan majoriti penduduknya bukanlah beragama Islam tapi ternyata akhlak mereka sungguh terpuji, akhlak yang seharusnya adalah milik kita sebagai inidividu muslim. Daripada sistem pembuangan sampah sehinggalah perkara sekecil mengutip najis anjing jika tiba-tiba anjing mereka membuang najis di tepi jalan atau di taman-taman (di sini adalah menjadi kebiasaan orang jepun untuk membawa anjing mereka 'sanpo' atau bersiar-siar di waktu pagi dan petang terutama orang-orang tua). Sehingga begitu sekali mereka begitu teliti menjaga kebersihan awam.
Cuba fikir dan bandingkan keadaannya dengan negara kita sendiri!!!

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
*sampah wajib diasingkan sebelum dibuangPhoto Sharing and Video Hosting at Photobucket
*jadual hari pembuangan sampah dan cara mengasingkan sampah mengikut kategori yang telah ditetapkan
Satu permasalahan besar yang saya nampak adalah krisis nilai atau sikap sebahagian besar masyarakat kita yang tidak begitu mengendahkan kebersihan dan kepentingan awam.Sedari kecil kita tidak dididik tentang tanggungjawab dan kepentingan hak bersama. AWAM itu bukankah bermaksud milik bersama? Tapi masalah kita adalah melihat peranan itu sebagai tugas pihak-pihak tertentu sahaja.Contohnya kalau di KL, kerja menjaga kebersihan awam adalah tugas DBKL semata. Suatu masa dulu saya juga berfikiran begitu. Tetapi sejak merantau ke negara orang ini saya lebih berfikiran terbuka dengan melihat pada masyarakat di sekeliling saya. Saya rasa kagum dan malu. Kagum dengan akhlak dan sikap mereka yang begitu bertanggungjawab dan menghormati hak bersama. Malu dengan sikap sebahagian masyarakat kita yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan segelintirnya yang langsung tidak menghormati hak orang lain. Secara tak langsung ia mencerminkan akhlak buruk dan tanggapan negatif buat orang Islam.
Saya cuma mahu mengajak rakan pembaca sekalian untuk kita berfikir bagaimana untuk kita mendidik masyarakat kita dalam soal menjaga kebersihan ini.Bagi saya ia bukanlah satu perkara yang harus dipandang enteng.Saya optimis mengatakan tak mustahil untuk kita laksanakan apa yang diamalkan di jepun ini jika sekiranya semua rakyat Malaysia punya KESEDARAN dan KEMAHUAN serta saling mengembleng tenaga demi kemaslahatan bersama.
Tepuk dada tanya iman! Kebersihan luaran mahupun dalaman, keduanya sama penting. Barulah menunjukkan identiti kita sebagai individu muslim sejati...InsyaAllah.
Wallahua'lam bissawab....


Regards
|Dr.Soulz|